mbok tua penjual nasi
datanglah lekas kau kemari
apakah kau tak mengerti
di langit timur mentari kian merambat tinggi?
mbok tua penjual nasi
tak sabar kiranya kumenunggumu kemari
jangan lama-lama engkau di seberang sana
bisa terlambat nanti sekolahku tiba
mbok tua penjual nasi
datanglah besok lebih awal lagi
agar secepatnya perutku terisi nasi
tak seperti pagi ini
kosong melompong
lapar menemaniku belajar.
Rabu, 28 April 2010
HARAPANKU
mentari terbitlah cepat
sinari bumimu agar tak tampak gelap
singkirkan kabut mendung di gunung
singkirkan awan hitam di kejauhan
agar tak tebal
agar tak pekat
agar hujan tak jadi tiba
mengguyur bumi di pagi ini
mentari cepat terbitlah
temani lekas aku ke sekolah
dengan sinar pagimu yang amat cerah.
sinari bumimu agar tak tampak gelap
singkirkan kabut mendung di gunung
singkirkan awan hitam di kejauhan
agar tak tebal
agar tak pekat
agar hujan tak jadi tiba
mengguyur bumi di pagi ini
mentari cepat terbitlah
temani lekas aku ke sekolah
dengan sinar pagimu yang amat cerah.
Label:
puisi
NENEK TUA KETIKA HUJAN LEBAT
nenek tua sendirian
tersuruk-suruk gontai
langkahnya tiada tegap lagi
mencari lindungan
di guyur hujan
nenek tua ketika hujan lebat
tiada yang sudi ambil peduli
bajunya basah kuyup
badannya menggigil kedinginan
tongkat serta kaleng tuanya lepas dari tangan
hanyut terbawa arus hujan
tinggalkan perut keroncongan
nenek tua ketika hujan lebat
nyawanya melayang
bersama impiannya ke atas awang
tersuruk-suruk gontai
langkahnya tiada tegap lagi
mencari lindungan
di guyur hujan
nenek tua ketika hujan lebat
tiada yang sudi ambil peduli
bajunya basah kuyup
badannya menggigil kedinginan
tongkat serta kaleng tuanya lepas dari tangan
hanyut terbawa arus hujan
tinggalkan perut keroncongan
nenek tua ketika hujan lebat
nyawanya melayang
bersama impiannya ke atas awang
Label:
puisi
Langganan:
Postingan (Atom)